Kejujuran dan sportivitas merupakan ciri pada permainan tradisional. Setiap permainan selalu melalui proses tahapan. Tahapan itu meliputi persiapan, awal permainan, pelaksanaan dan akhir permainan. Ada permainan yang tidak perlu dipimpin seorang wasit. Ada permainan yang harus dipimpin seorang wasit, tetapi dapat berjalan baik meskipun tidak ada wasit. Namun ada permainan yang harus dipimpin seorang wasit. Biasanya wasit ditunjuk oleh kedua belah pihak yang bermain cukup salah seorang dari mereka yang dipandang mampu. Pada umumnya dipilih dari yang besar atau paling tua.
Banyak jenis permainan, banyak pula cara untuk menentukan pihak yang harus mulai permainan. Untuk menentukan pihak yang harus mulai permainan dilakukan sejenis undian. Ada jenis permainan yang dilakukan dengan dimulai oleh satu pihak berdasar hasil persetujuan bersama. Namun ada pelaksanaan permainan yang sebenarnya. Namun ada permainan yang dimulai dengan mengundi untuk menentukan pihak-pihak pemain pertama.
Cara mengundi telah ada sejak dahulu. Ada cara mengundi yang masih digunakan sampai sekarang. Peralatan mengundipun sangat sederhana. Namun dari yang sederhana itu dapat menjamin kelancaran pelaksanaan permainan yang sebenarnya. Bahan untuk mengundipun banyak didapat dari alam sekitar.
Undian itu bisa dilakukan oleh kedua kelompok atau regu bagi permainan yang tidak memerlukan wasit dan dapat dilakukan oleh wasit bagi permainan yang dipimpin wasit. Namun permainan yang bersifat perorangan atau individu, meskipun permainan terdiri dari banyak pemain, maka biasanya undian dilakukan oleh para pemain masing-masing. Jenis undianpun ada yang pempunyai nama atau istilah, namun ada undian yang tanpa nama. Bagi undian tanpa nama, mereka langsung melakukan “perbuatan” undian yang telah biasa mereka lakukan sebagai tradisi. Jadi unsur saling pengertian dan maksud “perbuatan” undian tersebut yang penting. Maka “nama” biasanya dipandang kurang penting dalam kehidupan yang telah merupakan kebiasaan itu.
Cara mengundi yang sangat populer, umum dan sifatnya universal adalah yang disebut suit atau suten dan ada yang menyebut hom-pim-pah. Cara itu dikenal di seluruh Indonesia, bahkan di dunia. Suit atau suten atau hom-pim-pah pada prinsipnya menggunakan tangan atau jari-jari tangan. Ibu jari melambangkan gajah menang dari manusia, jari telunjuk melambangkan manusia menang dari semut, dan kelingking melambangkan semut menang dari gajah.
Suit atau suten yaitu kedua pemain melakukan saling pegang tangan seperti posisi jabat tangan. Dalam waktu yang cepat keduanya saling melepas seperti banting tangan dan seketika keduanya mengepal dan menunjukkan ibu jari, atau telunjuk atau kelingking dalam posisi seperti akan diadu. Kalah atau menang ditentukan bahwa gajah menang dari manusia, manusia menang dari semut, dan semut menang dari gajah. Kalah atau menang dari hom-pim-pah adalah sama dari suit atau suten.
Perbedaan antara keduanya terletak pada sebagian teknis pelaksanaan. Pada hom-pim-pah, telapak tangan dikepal atau tidak dikepal disembunyikan di belakang bahu atau dibelakang tengkuk, jadi posisi tangan ditekuk ke atas-belakang. Kemudian keduanya menghitung dengan ucapan hom-pim-pah dan pada akhirnya hitungan itu keduanya secara bersamaan menunjukkan ibu jari, telunjuk atau kelingking seperti posisi akan diadu dan kalah menang sama dengan suten.